Bayi 18 Bulan Jadi Korban Gas Air Mata Saat Demo DPR, 14 Orang Dilarikan ke RS Pelni
Oleh Redaksi — Jumat, 29 Agustus 2025 12:32 WIB; ?>

Ilustrasi - Seorang bayi perempuan berinisial AQ berusia 18 bulan menjadi korban paparan gas air mata.
Jakarta, Moralita.com – Seorang bayi perempuan berinisial AQ berusia 18 bulan menjadi korban paparan gas air mata yang digunakan aparat kepolisian dalam pengendalian massa saat aksi unjuk rasa di sekitar Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, pada Kamis (28/8/).
Bayi tersebut merupakan warga sekitar kawasan Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Pada malam hari, gas air mata diduga masuk ke dalam rumah melalui celah jendela sehingga bayi malang itu mengalami sesak napas. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Pelni, Palmerah, Jakarta Barat, untuk mendapatkan perawatan medis.
“Bayi itu sebenarnya warga sekitar sini, sekitar Jalan Petamburan. Karena malam itu banyak gas air mata, kemungkinan sisa gas masuk ke dalam rumah melalui jendela,” jelas VP Corporate Secretary and Legal PT RS Pelni, Abdul Aziz Purnomo, kepada wartawan, Jumat (29/8).
Menurut Aziz, kondisi bayi AQ dapat segera ditangani dengan pemberian oksigen sehingga tidak memerlukan rawat inap jangka panjang. “Tadi malam sudah bisa dipulangkan bersama sembilan pasien lainnya. Hanya mengalami sesak napas ringan,” katanya.
Data RS Pelni mencatat total terdapat 14 pasien korban aksi demonstrasi yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada Kamis malam. Dari jumlah tersebut:
- 10 pasien, termasuk bayi AQ, telah dipulangkan setelah mendapatkan perawatan awal.
- 4 pasien lainnya, seluruhnya laki-laki berusia 19, 29, 30, dan 40 tahun, masih menjalani perawatan intensif karena mengalami trauma fisik akibat benturan benda tumpul.
Salah satu pasien yang dirawat diketahui merupakan pengemudi ojek online (ojol) yang menjadi korban kekerasan dalam aksi bentrokan.
Gelombang demonstrasi di depan Gedung DPR RI bermula pada Senin, 25 Agustus 2025, dipicu kekecewaan publik terhadap keputusan DPR menaikkan tunjangan anggota dewan hingga lebih dari Rp100 juta per bulan. Keputusan tersebut memicu protes keras mahasiswa, buruh, dan berbagai elemen masyarakat, bahkan disertai desakan agar lembaga legislatif itu dibubarkan.
Aksi kembali berlanjut pada Kamis (28/8/2025). Pada pagi hari, massa buruh lebih dulu menggelar aksi di depan Kompleks Parlemen. Setelah buruh membubarkan diri, giliran kelompok mahasiswa dan elemen masyarakat lain yang melanjutkan demonstrasi.
Situasi semakin memanas ketika aparat kepolisian berupaya membubarkan massa. Bentrokan pun pecah pada sore hingga malam hari, meluas ke sejumlah titik di sekitar Senayan, Palmerah, hingga Pejompongan. Kondisi baru mereda setelah hujan deras mengguyur Jakarta pada malam harinya.
Artikel terkait:
- Author: Redaksi
At the moment there is no comment