Motif Alvi Tega Mutilasi Pacarnya, Tusuk Leher Hingga Tembus, Tubuh Dipotongi Di Kos lalu Dibuang di Pacet Mojokerto
Oleh Tim Redaksi Moralita — Senin, 8 September 2025 09:40 WIB; ?>

Alvi Maulana saat di roasting wartawan di Mapolres Mojokerto.
Mojokerto, Moralita.com – Lagi Mojokerto kembali diguncang kabar tragis yang bikin bulu kuduk berdiri. Kasus mutilasi yang jasadnya ditemukan berserakan di semak-semak di Pacet Selatan, Jawa Timur, akhirnya terkuak latar belakangnya.
Pelaku, Alvi Maulana (24), pemuda asal Labuhanbatu, Sumatera Utara, tega menghabisi nyawa kekasihnya sendiri, TAS (25), perempuan asal Lamongan. Motifnya? Sebuah cocktail berbahaya dari asmara tanpa kepastian, tekanan ekonomi, dan emosi yang meledak tanpa kontrol.
Kapolres Mojokerto, AKBP Ihram Kustarto, menegaskan hubungan keduanya telah berlangsung sekitar empat tahun. Namun, relasi itu berjalan tanpa ikatan resmi, ibarat drama tanpa babak akhir yang jelas.
“Motif diawali dari hubungan asmara yang belum sah, kemudian tekanan ekonomi, rasa kekesalan yang berlebihan sehingga terjadi peristiwa tersebut,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (8/9).
Dari Kos di Surabaya ke Semak Hutan di Pacet
Peristiwa maut itu terjadi Minggu dini hari, (31/8), sekitar pukul 02.00 WIB, di kamar kos mereka di Jalan Raya Lidah Wetan, Lakarsantri, Surabaya. Malam itu, Alvi pulang larut dengan kondisi pintu kos terkunci rapat oleh TAS. Ia menunggu hampir satu jam sebelum pintu dibuka bukan dengan senyum manis, melainkan dengan amarah membara.
Pertengkaran panas kembali pecah, dan seperti kaset rusak yang diputar ulang, hubungan keduanya memang kerap diwarnai konflik serupa. Bedanya, kali ini Alvi gagal menahan gejolak emosi.
“TAS (korban) naik ke lantai atas, sedangkan Alvi menuju dapur mengambil pisau lalu menusukkan ke leher belakang korban. Tusukan tembus hingga leher depan,” jelas AKBP Ihram.
Tak berhenti di situ, Alvi lantas menyeret tragedi ini ke level yang lebih mengerikan. Di kamar mandi kos, ia memutilasi jasad korban menjadi puluhan bagian.
Beberapa potongan tubuh, termasuk kepala korban, disembunyikan di kamar kos kepala diselipkan di balik lemari. Sementara bagian tubuh lain dibawa dan dibuang ke kawasan Pacet, Mojokerto, hingga akhirnya ditemukan warga.
Dalam pemeriksaan, Alvi mengaku perbuatannya adalah akumulasi rasa sakit hati dan tekanan batin yang menumpuk selama bertahun-tahun.
“Emosi saya meluap karena sudah terpendam lama. Pemicu utamanya saya sering dikunci dari dalam kos, dan TAS juga punya sifat tempramen. Saya minta maaf, saya menyesal,” ungkapnya dengan suara bergetar.
Namun, sesal selalu datang di akhir cerita. Semua sudah terlanjur: satu nyawa melayang, satu masa depan luluh lantak.
Atas tindakannya, Alvi dijerat Pasal 340 KUHP tentang Pembunuhan Berencana dan/atau Pasal 338 KUHP tentang Pembunuhan, dengan ancaman hukuman minimal penjara seumur hidup. Kasus ini pun kembali menjadi cermin buram bahwa hubungan tanpa kontrol emosi bisa berubah jadi tragedi kemanusiaan yang tak terbayangkan.
Catatan Redaksi:
Dari drama cinta tanpa kepastian, tekanan ekonomi yang menghimpit, hingga emosi yang meledak, kasus ini membuktikan: kalau cinta sudah bercampur dengan masalah finansial dan ego, ending-nya bisa lebih ngeri daripada film.
Artikel terkait:
- KPK Panggil Lima Kepala Desa Terkait Dugaan Korupsi Dana Hibah Pemprov Jatim
- Sah Masyarakat Berobat Gratis! 100 Hari Kerja Bupati Mojokerto, Gus Barra: Catat Sejarah Jadi Kabupaten dengan BPJS UHC Prioritas
- Kepala Desa Mojokerto Silaturahmi ke Jokowi di Solo, Teguhkan Komitmen Kebangsaan untuk Penguatan Pemerintahan Desa
- Bupati Mojokerto Tetapkan Desa Medali Juara Terbaik Kebersihan Lingkungan dan Siap Siaga Bencana
- Penulis: Tim Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar