Beranda Government Bank Indonesia Suntik Likuiditas Perbankan Rp80 Triliun Lewat KLM, Dorong Kredit Produktif dan Pertumbuhan Ekonomi
Government

Bank Indonesia Suntik Likuiditas Perbankan Rp80 Triliun Lewat KLM, Dorong Kredit Produktif dan Pertumbuhan Ekonomi

Jakarta, Moralita.com – Bank Indonesia (BI) terus memperkuat stabilitas sistem keuangan nasional melalui penyaluran Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) kepada sektor perbankan. Kebijakan ini menjadi bagian dari strategi makroprudensial BI dalam menjaga kecukupan likuiditas, mendorong penyaluran kredit produktif, serta memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah dinamika global yang masih menantang.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Solikin M. Juhro, menyampaikan bahwa hingga April 2025, KLM telah mencatat tambahan likuiditas sekitar Rp80 triliun ke dalam sistem perbankan nasional. Tambahan ini berasal dari pelonggaran aturan Giro Wajib Minimum (GWM) yang diberikan sebagai insentif kepada bank-bank peserta program.

Baca Juga :  KPK Periksa 12 Ketua Pokmas Terkait Dugaan Korupsi Dana Hibah APBD Jawa Timur

“Kebijakan Likuiditas Makroprudensial efektif berlaku sejak 1 April 2025. Hingga saat ini, terdapat tambahan likuiditas sekitar Rp80 triliun yang masuk ke perbankan,” ujar Solikin dalam Taklimat Media yang digelar di Gedung Bank Indonesia, Senin (26/5/2025).

Ia menjelaskan bahwa pelonggaran GWM merupakan bagian dari insentif likuiditas yang dimaksudkan untuk mendorong bank-bank nasional menyalurkan kredit ke sektor-sektor produktif. Dana tersebut diharapkan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan ekonomi riil, seperti sektor UMKM, manufaktur, dan infrastruktur, yang memiliki efek berganda terhadap pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga :  Praktisi Tuding Pengangkatan Direktur dan Komisaris BPR Majatama 2024 Bermasalah dan Cacat Administrasi

“Dana yang disalurkan melalui KLM ini diarahkan ke kredit produktif yang secara struktural mendukung transformasi ekonomi. Kebijakan ini sekaligus menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan,” jelas Solikin.

Lebih lanjut, Solikin menekankan bahwa KLM juga berfungsi sebagai solusi strategis di tengah tantangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihadapi perbankan dalam situasi ekonomi yang tidak stabil. Melemahnya daya beli masyarakat akibat tekanan ekonomi menyebabkan perlambatan pertumbuhan DPK, yang pada akhirnya berdampak pada kemampuan perbankan dalam menyalurkan kredit.

Baca Juga :  Presiden Prabowo Gelar Rapat Strategis di Istana Negara Bahas Percepatan Proyek Hilirisasi Nasional Senilai USD 45 Miliar

“DPK adalahsumber utama permodalan bagi bank. Ketika daya beli masyarakat turun, DPK ikut tergerus. Di sinilah KLM hadir untuk menjaga kesinambungan fungsi intermediasi perbankan,” tambahnya.

Dengan adanya injeksi likuiditas melalui KLM, Bank Indonesia berharap stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, dan fungsi intermediasi perbankan dapat terus berjalan optimal untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional secara menyeluruh.

Sebelumnya

Tragis, Dua Nyawa Melayang Akibat Jebakan Listrik Tikus di Sawah Gresik dalam Sebulan

Selanjutnya

100 Hari Kerja Bupati Mojokerto, Tingkat Kepuasan Masyarakat Capai 81,1 Persen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Moralita.com
Bagikan Halaman