Inovasi PG Gempolkrep dalam Pengendalian Hama Tebu Ramah Lingkungan Berbasis Trichogramma
Oleh Redaksi Moralita — Senin, 23 Juni 2025 09:32 WIB; ?>

Kondisi tanaman Tebu petani pasca dilakukan inovasi pengendalian hama dengan pendekatan hayati berbasis Pias Parasitoid Trichogramma sp oleh Mahasiswa magang Unesa bersama petugas lapangan PG Gempolkerep.
Mojokerto, Moralita.com – Inovasi pertanian berkelanjutan di Pabrik Gula (PG) Gempolkerep Kabupaten Mojokerto mencatatkan terobosan penting dalam pengendalian hama tanaman tebu dengan pendekatan hayati berbasis Pias Parasitoid Trichogramma sp.
Teknologi ini tidak hanya menjadi solusi atas ancaman hama penggerek batang dan daun tebu, namun juga menawarkan model pertanian ramah lingkungan yang berorientasi pada kelestarian ekosistem.
Pengembangan riset ini dilakukan PG Gempolkerep dengan Mahasiswa magang semester 6 Prodi Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, yang melaksanakan penelitian lapangan pada 1 Maret–1 April 2025 di lahan tebu milik petani dibawab binaan PG Gempolkrep, tepatnya di wilayah Desa Mojojajar dan Mojopilang, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto.
Tantangan Budidaya Tebu dan Ancaman Serangan Hama
Produktivitas tebu dihadapkan pada tantangan serius, terutama serangan hama penggerek batang (Scirpophaga excerptalis) dan penggerek pucuk (Chilo sacchariphagus). Hama-hama ini menyerang jaringan tanaman, menurunkan kualitas dan rendemen, serta berpotensi menyebabkan gagal panen.
Selama ini, petani dan pabrik gula bergantung pada pestisida kimia untuk pengendalian hama. Meski cepat dan efektif, penggunaan berlebihan justru menimbulkan masalah lanjutan seperti resistensi hama, pencemaran tanah dan air, serta ancaman kesehatan akibat residu bahan kimia.
Transformasi Strategi: Dari Kimia ke Hayati
PG Gempolkrep mengambil langkah berani dan inovatif dengan mengembangkan Pias Typhograma, yakni media pelepasan parasitoid Trichogramma sp. yang menyerang telur hama penggerek sebelum menetas.
Strategi ini terbukti efektif menekan populasi hama tanpa membahayakan organisme non-target, termasuk manusia, satwa liar, dan mikroorganisme tanah.
“Kami ingin membuktikan bahwa produksi tebu berkualitas tinggi tidak harus merusak alam. Dengan Trichogramma, pengendalian hama jadi lebih spesifik, aman, dan berkelanjutan,” ungkap GM PG Gempolkrep, Edy Purnomo, Senin (23/6).
Produksi Massal: 24.000 Telur Trichogramma sp Per Hari
PG Gempolkrep kini memproduksi rata-rata 24.000 telur Trichogramma sp. per hari dalam fasilitas laboratorium yang terstandarisasi. Proses ini mencakup berbagai tahapan ilmiah, mulai dari:
1. Persiapan Media Pakan – menggunakan meniran jagung, tepung beras, dan beras, diolah dalam siklus fermentatif yang dirancang untuk mendukung siklus hidup kupu Brahmia sebagai inang.
2. Penaburan Telur – tiap kotak media diisi ±4.500 butir telur yang menjadi tempat parasit berkembang.
3. Panen Kupu – dilakukan bertahap antara hari ke-35 hingga ke-55, dan hasilnya digunakan untuk proses perkawinan.
4. Perkawinan dan Panen Telur – dengan rasio 1:1 jantan-betina dalam kondisi ruangan terkontrol.
5. Pembuatan Pias – telur Trichogramma ditempel pada kertas manila 2×8 cm dan diaplikasikan di lapangan saat tanaman berusia 1–4 bulan dengan dosis 100 lembar pias/hektar.
6. Bongkar Media – proses sterilisasi ulang kotak dilakukan setiap 60 hari untuk menjaga kualitas kultur.
Mekanisme Biologis: Serangan Presisi di Fase Telur
Trichogramma sp. dikenal sebagai parasitoid telur hama yang bekerja sangat spesifik. Imago betina menyuntikkan telurnya ke dalam telur hama tebu. Embrio Trichogramma kemudian berkembang dengan memakan isi telur hama dari dalam, sehingga tidak sempat menetas menjadi larva perusak.
Mekanisme ini terjadi secara alami dan berulang selama populasi hama masih ada, menjadikannya solusi jangka panjang yang efisien dan ekosistemik.
Hasil Lapangan: Efektif, Ramah Lingkungan, dan Hemat Biaya
Penerapan pias Trichogramma di lahan PG Gempolkrep telah menunjukkan hasil signifikan:
~ Penurunan populasi hama penggerek batang dan pucuk lebih dari 70%
~ Peningkatan rendemen dan kualitas batang tebu
~ Penurunan drastis penggunaan pestisida hingga 60%
~ Perbaikan kesuburan tanah dan kelestarian mikrobiota lokal
Menuju Industri Gula Nasional yang Berkelanjutan
PG Gempolkrep membuktikan bahwa pendekatan ekologis dalam pengendalian hama bukan hanya idealisme, tetapi justru menjadi kunci efisiensi jangka panjang dan keberlanjutan industri gula nasional.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi pabrik gula lain di Indonesia untuk beralih ke metode pertanian presisi berbasis hayati. Dengan perpaduan inovasi, edukasi, dan keberanian mengambil langkah berbeda, sektor agroindustri Indonesia bisa lepas dari ketergantungan bahan kimia dan menjawab tantangan global berupa permintaan pangan ramah lingkungan.
“Ke depan, tantangan industri bukan hanya soal kuantitas produksi, tetapi bagaimana menjaga keseimbangan alam. Trichogramma bukan hanya agen hayati, tetapi simbol transformasi industri pangan nasional menuju keberlanjutan,” ucap Ilma Nur Laili dalam refleksi akhir penelitiannya.
- Penulis: Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar