BPI Danantara Tarik Dana Awal Senilai USD 3 Miliar dari Fasilitas Pinjaman USD 10 Miliar untuk Proyek Investasi Strategis
Oleh Tim Redaksi Moralita — Senin, 14 Juli 2025 13:22 WIB; ?>

Kantor Danantara.
Jakarta, Moralita.com – Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dikabarkan telah menarik dana awal senilai 3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) dari total fasilitas pinjaman sebesar 10 miliar dolar AS yang disiapkan untuk membiayai sejumlah proyek investasi strategis nasional. Dana ini akan dialokasikan antara lain untuk pembangunan pabrik petrokimia serta investasi bersama Sovereign Wealth Fund (SWF) dari Qatar dan Tiongkok.
Mengutip laporan Reuters, fasilitas pinjaman ini merupakan yang terbesar di Asia Tenggara untuk sektor swasta dalam beberapa tahun terakhir. Pendanaan tersebut juga tercatat sebagai pembiayaan sektor swasta pertama bagi Danantara, yang resmi didirikan pada Februari 2025 dan diberi mandat untuk mengelola aset strategis negara senilai lebih dari 900 miliar dolar AS.
Lima bank internasional — DBS Group, HSBC Holdings, Natixis SA, Standard Chartered, dan United Overseas Bank (UOB) — telah ditunjuk sebagai lead arranger dari skema pembiayaan ini. Sebagai pengatur utama, mereka akan menggandeng sejumlah bank lainnya untuk menyalurkan sisa dana dalam fasilitas pinjaman senilai 10 miliar dolar AS tersebut.
Menurut sumber yang dikutip oleh Reuters, kelima bank tersebut juga termasuk dalam 11 bank asing yang sebelumnya telah mengajukan proposal pembiayaan kepada Danantara. Namun, hanya lima bank itu yang akhirnya dipilih setelah Danantara menolak proposal yang mengharuskan adanya garansi dari pemerintah Indonesia.
Menariknya, fasilitas pinjaman ini diberikan tanpa jaminan maupun garansi dari negara, sebuah keputusan yang menegaskan independensi Danantara sebagai pengelola dana investasi negara. Suku bunga yang dikenakan dalam skema ini pun setara dengan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia.
“Danantara ini ibarat obligasi pemerintah, tapi tanpa jaminan formal negara,” ujar salah satu sumber kepada Reuters.
Sebagai pembanding, pada Januari 2025, Pemerintah Indonesia menerbitkan obligasi global berdenominasi dolar AS senilai 900 juta dolar AS dengan tenor lima tahun dan imbal hasil sebesar 5,30 persen.
Dengan adanya fasilitas pinjaman jumbo ini, Danantara menyatakan belum memiliki rencana untuk menerbitkan surat utang atau obligasi dalam waktu dekat. Fasilitas ini akan tersedia selama tiga tahun ke depan dan akan digunakan untuk membiayai proyek-proyek dengan dampak ekonomi tinggi.
“Saat ini kami belum memerlukan instrumen penerbitan obligasi. Fasilitas pinjaman yang ada sudah memberikan fleksibilitas pembiayaan yang cukup,” ungkap pejabat Danantara seperti dikutip oleh media tersebut.
Salah satu proyek awal yang akan memanfaatkan dana dari fasilitas ini adalah pembangunan pabrik klor-alkali dan etilen diklorida milik PT Chandra Asri Pacific Tbk, dengan nilai investasi sekitar 800 juta dolar AS. Proyek ini telah masuk dalam daftar investasi yang disetujui oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yang saat ini juga berfungsi sebagai otoritas investasi nasional.
Selain itu, Danantara juga telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Qatar Investment Authority dan entitas investasi milik negara Tiongkok mengenai potensi kerja sama investasi di Indonesia. Meski belum dirinci proyek mana yang akan didanai, kemitraan ini menjadi langkah strategis untuk mendorong masuknya modal asing jangka panjang.
BPI Danantara merupakan lembaga pengelola dana investasi milik negara (SWF Indonesia) yang didirikan untuk mengelola dan mengembangkan aset strategis nasional, memperkuat ketahanan fiskal, serta menjadi mitra pemerintah dalam proyek-proyek berskala besar. Dengan dukungan aset senilai hampir 1 triliun dolar AS, Danantara diharapkan mampu menarik lebih banyak investor global untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
- Penulis: Tim Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar