Industri Asuransi Umum Alami Kontraksi di Triwulan I-2025, AAUI Soroti Dampak Ekonomi Global dan Penyesuaian Metode Cadangan

Jakarta, Moralita.com – Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) melaporkan penurunan kinerja industri asuransi umum dan reasuransi nasional pada triwulan I tahun 2025. Berdasarkan data yang dipaparkan dalam Konferensi Pers Kinerja Industri Asuransi Umum Triwulan I-2025, total ekuitas seluruh perusahaan asuransi umum tercatat mengalami kontraksi signifikan sebesar 15,0 persen menjadi Rp76,67 triliun. Angka ini menurun dari posisi Rp90,2 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain ekuitas, pendapatan industri asuransi umum juga menunjukkan penurunan tipis sebesar 0,6 persen menjadi Rp32,01 triliun dari Rp32,2 triliun pada triwulan I-2024. Cadangan klaim mencatatkan kontraksi terdalam, yakni sebesar 69,6 persen, dari Rp814 miliar menjadi hanya Rp247 miliar.
“Hasil investasi juga mengalami penurunan sebesar 2,3 persen,” ungkap Trinita Situmeang, Wakil Ketua AAUI Bidang Statistik dan Riset, dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Permata Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (13/6).
Meski demikian, sejumlah indikator masih menunjukkan perbaikan. Total investasi meningkat sebesar 6,2 persen menjadi Rp123,39 triliun, dan total aset tumbuh 8,3 persen menjadi Rp254,02 triliun. Di sisi lain, total liabilitas melonjak 22,9 persen menjadi Rp234,6 triliun.
Trinita juga mencatat adanya kenaikan klaim bruto sebesar 4,9 persen dan lonjakan cadangan premi hingga 865,8 persen. Kenaikan ini diduga sebagai dampak dari perubahan dan penyesuaian metode pencadangan premi yang diberlakukan oleh sejumlah perusahaan asuransi.
Sementara itu, kinerja perusahaan reasuransi juga mengalami tekanan. Total ekuitas reasuransi menurun 15 persen menjadi Rp7,06 triliun dari Rp8,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan premi merosot 11,9 persen menjadi Rp7,4 triliun.
Cadangan premi dan cadangan klaim industri reasuransi juga mengalami kontraksi masing-masing sebesar 63,4 persen dan 7,5 persen, menjadi Rp77 miliar dan Rp91 miliar. Hasil investasi sektor reasuransi menurun drastis hingga 23,7 persen. Namun, terdapat kabar positif dari sisi underwriting yang mencatatkan kenaikan signifikan sebesar Rp362 miliar atau tumbuh 352,7 persen. Di sisi lain, beban usaha naik 14,4 persen dan laba setelah pajak meningkat sebesar 49 persen.
Trinita juga memaparkan bahwa strategi investasi perusahaan asuransi umum dan reasuransi masih cenderung konservatif. Mayoritas portofolio investasi dialokasikan pada instrumen berisiko rendah, seperti Surat Berharga Negara (SBN), deposito berjangka, dan reksa dana. Investasi pada deposito mendominasi dengan porsi 58 persen untuk asuransi umum dan 72 persen untuk reasuransi. Sedangkan reksa dana menyumbang 17 persen untuk asuransi umum dan 10 persen untuk reasuransi. Sisanya diinvestasikan dalam obligasi korporasi dan saham.
Menanggapi pelemahan kinerja industri, Ketua Umum AAUI, Budi Herawan, menyatakan bahwa kondisi ini turut dipengaruhi oleh situasi ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian, termasuk dampak dari kebijakan proteksionis dan perang dagang yang diluncurkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, serta situasi ekonomi domestik yang masih belum stabil.
“Kami tetap optimis, tetapi realistis. Jika kinerja industri bisa menyamai capaian tahun lalu, itu sudah merupakan pencapaian yang baik,” ujar Budi. Ia merujuk pada pertumbuhan premi asuransi umum tahun 2024 yang hanya mencapai 8,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
“Kalau bisa tetap seperti tahun lalu, itu sudah bagus. Meski saya tak ingin menyebutnya berat, tetapi memang kita harus tetap optimis,” pungkasnya.