Rabu, 6 Agu 2025
light_mode
Home » Ekonomi » Klaim Pemerintah Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12% pada Kuartal II-2025, Kontradiksi INDEF Sebut 10 Indikator Melemah

Klaim Pemerintah Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12% pada Kuartal II-2025, Kontradiksi INDEF Sebut 10 Indikator Melemah

Oleh Redaksi Moralita — Rabu, 6 Agustus 2025 14:20 WIB

Jakarta, Moralita.com – Pemerintah melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,12% pada kuartal II tahun 2025. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan kuartal sebelumnya (Q1-2025) yang tercatat sebesar 4,87% dan juga lebih tinggi dari kuartal II tahun lalu (Q2-2024) yang berada pada level 5,05%.

Namun, di balik angka yang terlihat impresif ini, ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Dr. M. Fadhil Hasan, mengemukakan pandangan kritis. Ia menyoroti adanya kontradiksi antara pertumbuhan PDB dan sejumlah indikator ekonomi utama yang justru menunjukkan kecenderungan pelemahan.

“Kami mengidentifikasi setidaknya 10 indikator utama yang mengarah pada perlambatan ekonomi selama kuartal II-2025, jika dibandingkan dengan kuartal I maupun periode yang sama tahun lalu,” ujar Fadhil dalam diskusi publik yang diselenggarakan INDEF, Rabu (6/8).

Berikut ini adalah 10 indikator utama yang menjadi sorotan INDEF:

1. Penurunan Penjualan Mobil dan Motor Data Gaikindo menunjukkan penjualan mobil nasional pada Juni 2025 hanya mencapai 57.761 unit, turun 4,71% dibandingkan Mei 2025 yang tercatat 60.612 unit. Sementara itu, penjualan sepeda motor di bulan yang sama tercatat sebesar 509.326 unit, sedikit menurun dibandingkan 511.098 unit pada Juni 2024.

Baca Juga :  Kemiskinan di Madura Masih Tinggi, Pemprov Jatim Salurkan Bantuan dan Perkuat Program Sosial

Fadhil menilai penurunan ini mencerminkan melemahnya daya beli masyarakat kelas menengah atas, yang menjadi motor penting konsumsi domestik.

2. PMI Manufaktur dalam Fase Kontraksi Meskipun kontribusi sektor industri manufaktur terhadap PDB naik 5,68% yoy, data Purchasing Managers’ Index (PMI) dari S&P Global menunjukkan angka 49,2 untuk Juli 2025. Angka ini menandakan kontraksi dan menjadi bulan keempat berturut-turut di bawah ambang batas 50, yang menunjukkan menurunnya optimisme pelaku industri.

3. Konsumsi Rumah Tangga Melemah Kendati BPS mencatat pertumbuhan konsumsi rumah tangga sebesar 4,97% yoy, Fadhil mencatat tidak adanya dorongan dari faktor musiman seperti Lebaran atau hari besar nasional pada kuartal II-2025. Ini membuat pertumbuhan konsumsi tersebut patut dikaji lebih kritis.

4. Penurunan Realisasi Investasi Asing Langsung (FDI) Realisasi investasi asing di kuartal II-2025 tercatat Rp 202,2 triliun, turun 12,23% dibandingkan kuartal I-2025 sebesar Rp 230,4 triliun. Penurunan ini dianggap sebagai sinyal melemahnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi nasional.

Baca Juga :  Celios: Potensi Kerugian Negara Capai Rp7,68 Triliun per Tahun Akibat Tarif Impor Nol Persen untuk Produk AS

5. Kenaikan Inflasi yang Signifikan Inflasi tahunan per Juli 2025 naik menjadi 2,37%, dari 1,87% pada Juni. Kenaikan ini dipicu lonjakan harga pangan, akibat gagal panen dan gangguan distribusi. Fadhil memperingatkan bahwa inflasi yang tidak terkendali dapat terus menggerus daya beli masyarakat.

6. Lonjakan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Data Kemenaker menunjukkan 42.385 kasus PHK sepanjang Januari-Juni 2025, meningkat 32,19% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jawa Tengah menjadi provinsi dengan angka PHK tertinggi.

7. Perlambatan Kredit Perbankan Pertumbuhan kredit perbankan melambat ke 8,88% yoy per April 2025, lebih rendah dari 8,3% pada semester I-2024. Fadhil menyebutkan bahwa korelasi antara pertumbuhan kredit dan ekonomi sangat erat, dan penurunan ini mengindikasikan kehati-hatian pelaku usaha.

8. Penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) IKK per Juni 2025 tercatat di angka 117,8, hanya naik tipis dari bulan sebelumnya (117,5). Ini mencerminkan bahwa kepercayaan konsumen masih rentan dan belum pulih sepenuhnya pasca-pandemi.

Baca Juga :  Asal-Usul Hajatan dan Tradisi Buwuh di Jawa, Dari Kearifan Lokal hingga Realita Ekonomi Modern

9. Ekspektasi Penghasilan Konsumen Menurun Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP) turun ke 133,2 pada Juni 2025, dari 135,4 di bulan sebelumnya. Ini adalah level terendah sejak Desember 2022 dan mencerminkan pesimisme konsumen terhadap prospek ekonomi.

10. Tekanan Eksternal dan Capital Outflow Gejolak eksternal seperti tingginya suku bunga global, kebijakan dagang proteksionis dari AS, serta penurunan ekspor turut memperburuk iklim investasi. INDEF mencatat adanya capital outflow sebesar Rp 59 triliun dari pasar saham dan Rp 77,4 triliun dari SRBI. Sementara itu, penerimaan pajak semester I-2025 menurun hampir 20% dibandingkan periode sama tahun lalu.

 

Catatan Redaksi:

Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia secara makro terlihat meningkat, 10 indikator utama yang diungkap INDEF menunjukkan adanya tekanan struktural yang tidak boleh diabaikan. INDEF menekankan pentingnya transparansi metodologi penghitungan PDB dan perlunya penajaman kebijakan fiskal dan moneter untuk memperkuat fundamental ekonomi nasional secara berkelanjutan.

  • Author: Redaksi Moralita

Komentar (0)

At the moment there is no comment

Please write your comment

Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) are required

expand_less