Mojokerto, Moralita.com – Pengasuh PP Amanatul Ummah KH. Asep Saifuddin Chalim bersama Waketum DPP Gerindra, Mochamad Irfan Yusuf Hasyim, meninjau dapur umum Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di area Pondok pada Senin (17/2).
Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kualitas, standar gizi, serta efektivitas distribusi makanan bagi santri pelajar dan masyarakat sekitar.
Dalam kunjungannya, Kyai Asep menegaskan bahwa menu yang disajikan hari ini terdiri dari ayam, telur, tahu, sayuran, dan buah-buahan. Ia menjelaskan bahwa telur digunakan sebagai pengganti susu, sehingga pola penyajiannya akan diselang-seling antara telur dan susu guna menjaga keseimbangan gizi.
“Saya ingin masyarakat melihat bahwa program ini tidak hanya bermanfaat, tetapi juga berkelanjutan. Kita tidak mengalami kerugian, justru merasa bahagia karena bisa berkontribusi dalam mendukung program Presiden Prabowo untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan makmur,” ujar Kyai Asep.
Kyai Asep menegaskan bahwa MBG merupakan langkah awal (step pertama) menuju Indonesia yang lebih maju. Jika program ini berhasil, maka langkah-langkah selanjutnya, seperti swasembada pangan, pupuk, dan energi, akan lebih mudah dicapai.

Selain itu, Kyai Asep menyebut mendukung penuh program Presiden Prabowo tentang hilirisasi industri, yaitu mengolah bahan mentah menjadi produk jadi sebelum dipasarkan.
“Misal jika kita menjual satu truk tanah, nilainya mungkin hanya Rp 200 ribu. Namun, jika yang dijual adalah satu truk emas hasil pengolahan, harganya bisa mencapai Rp25 miliar. Ini adalah bukti bahwa hilirisasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional,” paparnya.
Kyai berharap keberhasilan program MBG dapat menjadi kontribusi besar dalam mencetak generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. Oleh karena itu, pihaknya mendorong agar program ini dapat diperluas dan diterapkan di berbagai daerah di Indonesia.
Kyai Asep juga menyebut pentingnya standarisasi peralatan makan dalam program MBG. Ia mengkritik beberapa daerah yang masih menggunakan wadah plastik yang tidak sesuai dengan standar kesehatan.
“Di sini, kami memastikan bahwa seluruh peralatan makan telah menggunakan stainless steel, sesuai dengan standar kesehatan yang telah ditetapkan. Wadah makanan ini disebut ompreng, dan harus memenuhi standar yang berlaku yang telah ditetapkan,” jelasnya.
Lebih dari sekadar program sosial, Kyai Asep menegaskan bahwa MBG adalah gerakan nasional yang bertujuan menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan sejahtera.
“Kami tidak merasa rugi, tetapi justru berbahagia karena bisa berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia yang lebih maju. Ini adalah bagian dari tanggung jawab kita sebagai bangsa yang telah merdeka,” tambahnya.
Saat ini, dapur umum MBG di Pacet menyiapkan sekitar 7.000 porsi makanan per hari, tidak hanya untuk santri, tetapi juga untuk sekitar 300 warga, termasuk ibu hamil, balita, dan kelompok masyarakat miskin ekstrem. Makanan ini juga diantar langsung kepada penerima manfaat.
Kyai Asep menjelaskan bahwa bahan baku saat ini masih dipasok dari desa-desa sekitar, sehingga program ini tidak hanya memberikan manfaat gizi, tetapi juga mendukung perekonomian masyarakat lokal.
“Saat ini, kami memiliki dua dapur MBG di Pacet, satu dapur di MBI Amanatul Ummah, serta satu dapur di Surabaya. Program ini akan terus dikembangkan dan dievaluasi secara berkala,” ujarnya.
Sementara itu, Waketum DPP Gerindra, Gus Irfan Yusuf menyoroti dampak positif program MBG bagi masyarakat dan ekonomi lokal.
“Alhamdulillah, semua kandungan gizi sudah terpenuhi. Ada ayam, telur, tahu, tempe, serta sayuran. Ini sesuai dengan harapan Presiden Prabowo, bahwa anak-anak harus mendapatkan asupan gizi yang seimbang sebagai investasi bagi generasi masa depan bangsa,” ungkapnya.
Ia juga menekankan bahwa program MBG memiliki multiple effects bagi perekonomian masyarakat, terutama di wilayah penghasil sayur seperti Pacet.
“Ini bukan hanya tentang memberikan makanan bergizi kepada anak-anak, tetapi juga menciptakan perputaran ekonomi di masyarakat. Sayur, ayam, dan telur yang digunakan berasal dari petani dan peternak setempat, sehingga dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat sekitar,” tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Gus Irfan Yusuf juga mendorong agar pemerintah desa turut serta dalam mendukung distribusi bahan baku untuk program MBG.
“Kami berharap pemerintah desa dapat mengatur suplai bahan makanan dengan baik, sehingga tidak terjadi kekurangan atau kelebihan stok. Sinergi yang baik antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan agar program ini berjalan optimal,” jelas sosok yang juga sebagai Ketua Badan Haji Nasional.
Terkait anggaran, KH. Asep menyebut bahwa alokasi anggaran Rp10.000 per porsi sudah cukup untuk menyediakan menu yang lengkap dan bergizi. Program ini dijamin berjalan konsisten setiap hari, tanpa perubahan kualitas meskipun ada kunjungan pejabat.
“Program ini akan terus berjalan selama lima tahun pertama, kita optimis Pak Prabowo terpilih kembali sehingga berlanjut di periode kedua, berlangsung hingga 10 tahun ke depan,” jelasnya.
Selain fokus pada penyediaan makanan, KH. Asep juga menjelaskan pengelolaan sampah yang dihasilkan dari program MBG. Saat ini, terdapat lebih dari 10 bak sampah yang digunakan untuk menampung limbah setiap harinya.
Ke depan, ia berencana untuk mengolah sampah menjadi pupuk organik, sehingga program MBG tidak hanya menciptakan ketahanan pangan, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
“Kami akan mengembangkan sistem pengolahan sampah menjadi pupuk, sehingga program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga bagi lingkungan,” pungkasnya.
Pelaksana Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas KH. Asep Saifuddin Chalim merupakan langkah konkret dalam mendukung pemenuhan gizi, ketahanan pangan, dan pembangunan nasional. Dengan standarisasi kualitas makanan, distribusi yang merata, serta pengelolaan sampah yang berkelanjutan, program ini diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mewujudkan Indonesia yang lebih maju, adil, dan makmur.
Discussion about this post