Mentan Amran Sulaiman: Importir Tidak Bahagia Jika Indonesia Berhasil Swasembada Beras
Oleh Redaksi Moralita — Senin, 14 Juli 2025 12:24 WIB; ?>

Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman.
Jakarta, Moralita.com – Menteri Pertanian Republik Indonesia, Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan bahwa upaya pemerintah dalam mencapai swasembada beras menghadapi tantangan dari kalangan importir. Menurutnya, keberhasilan Indonesia dalam memproduksi beras secara mandiri dapat mengancam keuntungan besar yang selama ini dinikmati para pelaku impor.
“Importir tentu tidak senang jika Indonesia berhasil swasembada beras. Pasalnya, dari satu kali kegiatan impor saja, mereka bisa meraih keuntungan hingga Rp2,7 triliun, dan itu hanya dalam waktu satu bulan,” ujar Amran dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), seperti dikutip pada Senin (14/7).
Amran juga mengisahkan pengalamannya ketika berupaya melakukan perluasan areal tanam padi (ekstensifikasi) di wilayah Merauke, Papua. Ia menyebutkan bahwa terdapat pihak-pihak yang diduga berasal dari kalangan importir yang mencoba menggagalkan program tersebut dengan melayangkan laporan ke Presiden Joko Widodo kala itu.
“Ketika kami mulai program penanaman padi di Merauke, muncul laporan ke Presiden bahwa data Kementerian Pertanian tidak akurat, bahkan diklaim bahwa padi tidak bisa tumbuh di wilayah tersebut. Pihak yang menyampaikan laporan itu diketahui berasal dari kalangan importir,” jelas Amran.
Amran mengaku sempat dikejutkan oleh respons Presiden Jokowi yang langsung memutuskan untuk meninjau kondisi di Merauke secara langsung.
“Saya ditelepon menjelang magrib, Presiden bilang, ‘Pak Mentan, saya mau ke Merauke’. Kami pun langsung terbang menggunakan helikopter untuk meninjau langsung dari udara. Saat itu, Presiden bertanya kepada saya, ‘Katanya padi tidak bisa tumbuh? Siapa yang bilang begitu? Importir ya?’” kenang Amran.
Ia menjelaskan kepada Presiden bahwa padi di Merauke selama ini memang tidak tumbuh bukan karena faktor alam, melainkan karena tidak pernah ditanam secara serius dalam skala luas.
“Memang benar, dulunya tidak bisa tumbuh karena selama puluhan tahun lahan di sana hanya dijadikan narasi, tanpa ada upaya penanaman nyata,” tegasnya.
Lebih lanjut, Amran menyampaikan bahwa saat ini pemerintah tengah melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, baik di Pulau Jawa maupun luar Jawa. Ia optimistis bahwa produksi beras nasional akan mengalami peningkatan signifikan dalam satu tahun ke depan.
“Pemerintah saat ini telah membuka lahan sawah baru seluas satu juta hektare di Papua. Panjang lahan yang telah digarap sejauh ini mencapai 50 kilometer, dan direncanakan akan bertambah menjadi 128 kilometer dalam satu tahun mendatang,” jelasnya.
Amran menyebut proyek tersebut sebagai salah satu yang terbesar di dunia, dan diyakini mampu memenuhi kebutuhan konsumsi beras dalam negeri untuk 50 hingga 100 tahun ke depan tanpa harus mengandalkan impor.
“Kalau program ini tuntas, maka kita tidak perlu lagi impor beras. Kemandirian pangan bisa kita capai,” pungkasnya.
- Penulis: Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar