Mojokerto, Moralita.com – Komitmen membangun kemandirian desa melalui ketahanan pangan kembali ditegaskan dalam forum Ngaji Desa bertema ‘Patriot Pangan, Dari Desa untuk Indonesia’, yang digelar GP Ansor Kabupaten Mojokerto.
Kegiatan ini diinisiasi sebagai upaya konkret dalam mendukung program Asta Cita pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya pada aspek penguatan pangan dan ekonomi desa.
Dalam acara ini, Staf Khusus Menteri Desa, Dr. H. M. Afif Zamroni, Lc., M.E.I, menegaskan pentingnya pemanfaatan 20% Dana Desa untuk ketahanan pangan yang produktif, adaptif, dan berbasis potensi lokal, ia juga menegaskan bahwa swasembada pangan merupakan komponen strategis dalam membangun kemandirian Indonesia.
Dalam keterangannya, ia mengutip pernyataan Presiden Prabowo: “Kita bisa hidup tanpa gedung pencakar langit, tetapi tidak bisa hidup tanpa pangan,” kata Gus Afif, di gedung PCNU Kabupaten Mojokerto, Sabtu (7/6).
Asta Cita: Jalan Menuju Kedaulatan Pangan
Delapan poin Asta Cita Presiden Prabowo antara lain mencakup penguatan ideologi Pancasila, demokrasi, dan HAM; pertahanan negara; swasembada pangan, energi, dan air; pembangunan sumber daya manusia; industrialisasi; pembangunan dari desa; reformasi birokrasi; dan harmonisasi kehidupan berbangsa.
Menurut Gus Afif, diantara poin tersebut, kedaulatan pangan menjadi simpul penting dalam memperkuat ketahanan nasional dan daya saing bangsa. Melalui pendekatan berbasis desa, pemerintah mendorong peran aktif masyarakat dalam memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan secara adil dan merata.
Ketahanan Pangan dalam Perspektif Islam
Ketahanan pangan juga memiliki dasar normatif yang kuat dalam ajaran Islam. Beberapa ayat Al-Qur’an, seperti QS Yusuf:47, menekankan pentingnya perencanaan dan penyimpanan hasil panen untuk menghadapi masa krisis. Hadist Rasulullah SAW pun mendorong aktivitas bercocok tanam sebagai bentuk sedekah berkelanjutan.

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, lalu tanaman itu dimakan oleh manusia, hewan, atau burung, melainkan itu menjadi sedekah baginya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Gus Afif menyebut, meski memiliki potensi sumber daya alam yang besar, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan serius dalam mencapai swasembada pangan, antara lain:
1. Alih Fungsi Lahan – Lahan pertanian produktif semakin berkurang akibat konversi menjadi perumahan, industri, dan infrastruktur.
2. Degradasi Lahan – Penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang tidak ramah lingkungan menurunkan kualitas tanah.
3. Produktivitas Pertanian Rendah – Inovasi dan adopsi teknologi belum optimal.
4. Krisis Regenerasi Petani – Mayoritas petani berusia di atas 45 tahun, dengan minat generasi muda terhadap pertanian sangat rendah.
Potret Pertanian di Kabupaten Mojokerto
Menurut Stafsus Kemendes PDT
Kabupaten Mojokerto sebagai wilayah agraris memiliki 299 desa dan 5 kelurahan, dengan hampir 20% angkatan kerjanya bekerja sebagai petani. Namun, data menunjukkan bahwa mayoritas petani didominasi kelompok usia non-produktif (45–64 tahun) dan memiliki tingkat pendidikan rendah, yang berdampak pada rendahnya adopsi teknologi pertanian modern.
Menanggapi tantangan tersebut, Kemendes PDTT telah menerbitkan Keputusan Menteri Nomor 3 Tahun 2025 yang mewajibkan alokasi minimal 20% Dana Desa untuk program ketahanan pangan.
“Plot 20% dari Dana Desa untuk memproyeksikan bagaimana ketahanan pangan bisa betul-betul dilaksanakan di tiap desa. Bentuknya seperti apa, itu disesuaikan dengan masing-masing desa. Dan itu akan kita kawal supaya betul-betul terlaksana,” jelas Gus Afif.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa plot 20% anggaran dana desa tersebut diharapkan dapat menopang program MBG.
“Skala prioritas kita adalah bagaimana ketahanan pangan itu bisa menunjang kebutuhan MBG, harapannya semua bisa diambil dari proses ketahanan pangan yang 20% itu yang sudah disiapkan oleh desa,” ungkapnya.
Peran Kader GP Ansor sebagai Patriot Ketahanan Pangan
“Kalau untuk kader Gzp Ansor, kita akan jalin kolaborasi, sebagai Patriot Pangan kita maksimalkan dengan jalin sinergitas dengan Kementerian Desa supaya kader-kader Ansor bisa langsung action di tiap desanya masing-masing,” jelasnya.

Ia menekankan bahwa kader Ansor harus memiliki semangat kemandirian dan inovasi.
“Kader-kader Ansor ini harus kreatif mencari sumber atau potensi yang sesuai dengan desanya masing-masing. Ini salah satu tugas kader Ansor,” ucap Gus Afif.
Gus Afif menegaskan bahwa Kemendes tidak bisa bekerja sendirian. Diperlukan sinergi dan kolaborasi lintas sektor.
“Kami bukan Superman, tetapi harus Superteam. Kolaborasi adalah kunci membangun desa untuk membangun Indonesia,” tegasnya.
Discussion about this post