Selasa, 5 Agu 2025
light_mode
Home » Politik » Peluk Hasto dan Tom Lembong, Inikah Kode Presiden Prabowo Mulai Lawan Bayang-Bayang Jokowi?

Peluk Hasto dan Tom Lembong, Inikah Kode Presiden Prabowo Mulai Lawan Bayang-Bayang Jokowi?

Oleh Alief W — Jumat, 1 Agustus 2025 10:45 WIB

Moralita.com – Dalam politik Indonesia, yang dulunya kamu maki, bisa jadi satu meja. Yang dulunya kamu sebut musuh demokrasi, bisa jadi satu layar di siaran langsung istana.

Presiden Prabowo Subianto kini memberi amnesti kepada Hasto Kristiyanto dan abolisi kepada Tom Lembong.
Kalau ini bukan plot twist, kita nggak tahu lagi apa itu kejutan.

Hasto & Tom Lembong : Alumni Klub Kontra Jokowi

Dua nama ini bukan sekadar orang. Mereka adalah simbol perlawanan terhadap status quo Jokowi.

Hasto, Sekjen PDIP, adalah wajah partai yang kini ogah banget dicap antek istana. Pernah mendesak Mahkamah Konstitusi dibersihkan, mencurigai KPU, hingga menyindir elite yang membajak demokrasi demi kepentingan “anak sendiri”.

Tom Lembong, mantan pembantu Jokowi era awal, kini jadi anak ideologis kubu Anies Baswedan. Suaranya keras mengkritik oligarki, pengaburan kebijakan ekonomi, hingga manipulasi kekuasaan lewat UU sapu jagat. Dan sekarang? Keduanya dipeluk Prabowo.

Baca Juga :  Prabowo Ambil Alih Polemik Empat Pulau: Bentuk Ketegasan untuk Jaga Keutuhan Bangsa

Politik Bukan Tentang Konsistensi, Tapi Koalisi

Langkah ini tentu bukan sekadar akrobat hukum. Ini simbol.
Presiden Prabowo sedang menunjukkan bahwa ia bukan sekadar melanjutkan estafet Jokowi, tapi mulai merakit kekuatannya sendiri.

Dan caranya? Merekrut mereka yang dulu melawan Jokowi.
Bukan cuma simbol perlawanan, tapi juga modal legitimasi politik dari kalangan yang masih nyinyir pada era Jokowi.

Kamu bisa bilang ini cerdas. Atau manipulatif. Tapi di republik ini, rekonsiliasi itu sering kali cuma nama keren dari konsolidasi.

Melawan Bayangan Jokowi: Jalan Baru Prabowo?

Kita tahu, warisan Jokowi masih kuat:

  • Jaringan infrastruktur kekuasaan masih aktif.
  • Loyalisnya menguasai posisi strategis di birokrasi dan partai.
  • Anak biologisnya menjadi Mas Wapres.

Prabowo, meski menang, tidak otomatis punya kuasa penuh.
Ia harus mengurai simpul-simpul lama, dan menyusun poros kekuatan baru.

Baca Juga :  Tom Lembong Dijadwalkan Jadi Saksi dalam Sidang Dugaan Korupsi Impor Gula

Merangkul Hasto dan Tom Lembong bisa dibaca sebagai:
“Saya bukan boneka Jokowi. Saya punya kepala dan strategi sendiri.”

Dan siapa tahu, ini sinyal awal bahwa Prabowo tak ingin hanya jadi “presiden bayangan” dari kekuasaan yang belum rela turun panggung.

Abolisi dan Amnesti Bukan Cuma Soal Hukum, Tapi Arah Politik

Secara teknis, abolisi dan amnesti memang urusan yudisial. Tapi jangan lupa, ini politik. Dan di politik Indonesia, hukum sering kali adalah panggung.
Yang diampuni bukan sekadar orang, tapi ideologi.

Prabowo seakan bilang:
“Kamu dulu lawan Jokowi? Nggak masalah. Sekarang kita satu barisan. Yang penting, bukan lagi pro-Jokowi.”

Apa Kabar Loyalis? Yang Berjuang dari Awal, Malah Disalip Oposan

Relawan-relawan yang dulu jungkir balik di Pilpres 2024 sekarang mulai ngedumel:
“Kami bela dari awal, eh yang dikasih karpet merah malah mereka yang dulu nyerang.”

Baca Juga :  Presiden Prabowo Dijadwalkan Luncurkan 500 Koperasi Desa Merah Putih Dipusatkan di Klaten 19 Juli 2025

Tapi itulah politik Indonesia. Loyalitas kadang kalah oleh manfaat strategis.
Kritik yang dulu dianggap nyakitin, sekarang dianggap menunjukkan “kecerdasan analitis”.

Prabowo Sedang Memanggil ‘Orang-orang Terbuang’ Untuk Melawan Dinasti kemarin yang Masih Lengket

Jika Jokowi dikenal pandai merangkul lawan politik untuk menumpulkan oposisi,
maka Prabowo tampaknya sedang mulai merangkul oposisi Jokowi untuk membangun kekuatan tandingan.

Yang dulunya satu komando, kini tercerai-berai.
Yang dulunya dikucilkan karena keras kepala, kini dijemput untuk ikut dalam strategi besar.

Prabowo tampaknya tak sekadar ingin stabilitas. Tapi juga dominasi.
Dan untuk itu, dia butuh mereka yang dulu dibuang oleh istana.

Karena politik kita selalu tentang siapa yang bisa membangun rumah baru dari puing-puing yang ditinggalkan kekuasaan lama.

  • Author: Alief W

Komentar (0)

At the moment there is no comment

Please write your comment

Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) are required

expand_less