Mojokerto, Moralita.com – Penyakit mulut dan kaki (PMK) di Kabupaten Mojokerto terus menunjukkan peningkatan kasus yang signifikan. Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, tercatat sebanyak 241 sapi ternak positif terjangkit PMK. Kasus ini mulai mengalami peningkatan sejak awal Desember 2024.
Dari total 241 kasus, 13 sapi dilaporkan mati dan 9 ekor dipotong. Dengan demikian, sebanyak 219 ekor sapi masih dinyatakan positif PMK.
“Laporan terakhir menunjukkan ada 219 ternak yang belum sembuh, tersebar di 15 kecamatan. Kami menduga masih ada kasus lain yang belum dilaporkan. Oleh karena itu, kami meminta petugas lapangan untuk segera mengirimkan data terbaru,” ujar Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto, Tutik Suryaningdyah, Jumat (3/1).
Hingga kini, kasus PMK dilaporkan hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Hanya tiga kecamatan yang belum melaporkan adanya kasus, yaitu Sooko, Ngoro, dan Kemlagi.
“Jumlah kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Kutorejo dengan 58 kasus, disusul Kecamatan Pacet dengan 31 kasus,” jelas Tutik.
Tutik menjelaskan bahwa penyebaran virus PMK dapat terjadi melalui udara dan benda yang terkontaminasi. Selain itu, cuaca ekstrem, terutama tingginya curah hujan, turut memicu peningkatan kasus.
“Cuaca ekstrem menyebabkan hewan lebih mudah stres, yang pada akhirnya menurunkan daya tahan tubuh mereka. Ketika daya tahan tubuh melemah, sapi menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus. Hujan yang terus-menerus dan kurangnya paparan sinar matahari mempercepat penyebaran kuman,” paparnya.
Pihaknya telah melakukan berbagai langkah pencegahan, termasuk pemberian pengobatan dan penyemprotan disinfektan di kandang ternak. Namun, keberhasilan penanganan sangat bergantung pada kebersihan kandang dan sanitasi yang dilakukan oleh para peternak, serta kualitas asupan makanan untuk hewan ternak.
“Kami telah memberikan terapi obat-obatan dan penyemprotan disinfektan, tetapi langkah ini belum sepenuhnya optimal. Semua bergantung pada upaya peternak dalam menjaga kebersihan kandang,” tutur Tutik.
Vaksinasi PMK yang sempat digencarkan sejak tahun 2022 kini mengalami kendala akibat stok vaksin yang telah kedaluwarsa.
“Kami sebenarnya masih memiliki stok vaksin, tetapi sayangnya sudah tidak layak digunakan. Saat ini, kami menunggu alokasi vaksin baru dari Kementerian Pertanian,” tutupnya.
Dengan berbagai langkah yang dilakukan, diharapkan penyebaran PMK dapat ditekan, dan kondisi kesehatan hewan ternak di Kabupaten Mojokerto kembali stabil.
Discussion about this post