Rekening Dormant Jadi Motif Kepala Cabang BRI Cempaka Putih Diculik dan Dibunuh
Oleh Tim Redaksi Moralita — Rabu, 17 September 2025 00:06 WIB; ?>

Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Wira Satya Triputra saat berikan keterangan pers.
Jakarta, Moralita.com – Misteri di balik kematian tragis Kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) BRI Cempaka Putih, Muhamad Ilham Pradipta, akhirnya terungkap.
Fakta terbaru dari penyidikan kepolisian menyebutkan bahwa korban tewas akibat dianiaya oleh sekelompok pelaku setelah menolak ajakan kerja sama dalam aksi ilegal pemindahan dana.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Wira Satya Triputra, menjelaskan bahwa para tersangka awalnya merencanakan tindak pidana manipulasi keuangan dengan memindahkan dana dari rekening dormant (rekening tidak aktif) ke rekening penampungan yang telah disiapkan.
“Tersangka berencana untuk melakukan pemindahan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan. Untuk melaksanakan itu, mereka membutuhkan otorisasi seorang kepala cabang bank,” ujar Wira dalam konferensi pers, Selasa (16/9).
Karena membutuhkan persetujuan struktural dari pejabat perbankan, para pelaku kemudian menculik Ilham dengan tujuan memaksanya memberikan persetujuan otorisasi tersebut. Namun, alih-alih tunduk pada tekanan, Ilham dengan tegas menolak.
“Diharapkan dengan menculik ini, korban mau memberikan otorisasinya untuk menggeser dana. Tetapi korban tetap menolak hingga akhirnya melakukan perlawanan,” lanjut Wira.
Penolakan itu membuat para pelaku gelap mata. Selama penyekapan di dalam mobil, Ilham mengalami tindak kekerasan fisik yang mengakibatkan kondisinya melemah.
Tragisnya, saat korban sudah tidak berdaya, ia dibuang ke sebuah lahan kosong pada tengah malam. Keesokan paginya, jasad Ilham ditemukan warga sekitar dalam kondisi mengenaskan, dengan tangan dan kaki terikat.
Kepolisian mengungkap bahwa kasus ini bukan sekadar aksi kriminal individual, melainkan kejahatan terorganisir dengan struktur klaster. Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, AKBP Abdul Rahim, merinci pembagian peran para pelaku:
1. Klaster aktor intelektual: dalang perencanaan.
2. Klaster eksekutor lapangan: tim yang membuntuti korban.
3. Klaster penculik: pihak yang melakukan penyekapan dan pengendalian korban.
4. Klaster penganiaya: kelompok yang melakukan kekerasan fisik hingga menimbulkan kematian.
“Total terdapat 15 orang pelaku yang terlibat dalam empat klaster kejahatan ini,” ujar Abdul Rahim.
Identitas Para Pelaku
Tim pemantau: Rohmat Sukur, Eka, dan Wiranto.
Pelaku penculikan: Erasmus Wawo, Emanuel Woda Berto, Johanes Ronald Sebenan, Andre Tomatala, dan Reviando.
Pelaku penganiayaan: Nasir, David, dan Neo.
Aktor intelektual/dalang kejahatan: Candy alias Ken, Dwi Hartono, Yohanes Joko, serta Antonius.
- Penulis: Tim Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar