Senin, 21 Jul 2025
light_mode
Home » News » Sejarah dan Keunikan Candi Tikus Mojokerto, Warisan Majapahit yang Penuh Misteri

Sejarah dan Keunikan Candi Tikus Mojokerto, Warisan Majapahit yang Penuh Misteri

Oleh Redaksi Moralita — Rabu, 8 Januari 2025 00:01 WIB

Mojokerto, Moralita.com – Candi Tikus, salah satu peninggalan bersejarah dari masa Kerajaan Majapahit, terletak di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Situs ini tidak hanya dikenal karena keindahan arsitekturnya, tetapi juga memiliki sejarah dan fungsi yang unik, menjadikannya sebagai salah satu destinasi penting dalam studi peradaban Majapahit.

Candi Tikus ditemukan pertama kali pada tahun 1914, saat masyarakat setempat melakukan pembersihan lahan yang terendam air. Nama “Candi Tikus” berasal dari cerita masyarakat setempat yang menemukan banyak tikus bersarang di area reruntuhan candi tersebut. Penemuan ini kemudian menarik perhatian arkeolog, yang akhirnya melakukan ekskavasi dan pemugaran.

Candi Tikus diperkirakan dibangun pada abad ke-14 Masehi, di masa kejayaan Kerajaan Majapahit. Berbeda dengan candi-candi lainnya yang umumnya digunakan sebagai tempat pemujaan atau upacara keagamaan, Candi Tikus memiliki fungsi yang lebih spesifik sebagai petirtaan, yaitu tempat pemurnian atau pemandian suci.

Baca Juga :  Liburan Tahun Baru di Wisata Pantai Buatan Aone Trawas Mojokerto, Ketinggian 1.300 Mdpl

Struktur candi ini menunjukkan adanya pengaruh kepercayaan Hindu, terutama dalam bentuk miniatur punden berundak yang menyerupai Gunung Mahameru, gunung suci dalam kepercayaan Hindu. Hal ini menandakan bahwa Candi Tikus tidak hanya berfungsi sebagai tempat ritual, tetapi juga melambangkan kosmologi alam semesta.

Kolam utama di bagian tengah candi dikelilingi oleh saluran air dan pancuran yang menggambarkan sistem pengairan Majapahit yang canggih. Kemungkinan besar, Candi Tikus juga digunakan sebagai simbol kekuatan air dalam kehidupan masyarakat agraris Majapahit, yang sangat bergantung pada pertanian.

Salah satu keunikan Candi Tikus adalah bentuknya yang sebagian besar berada di bawah permukaan tanah. Bangunan ini terdiri dari kolam utama dengan ukuran sekitar 29 meter x 28 meter, di mana terdapat menara-menara kecil berbentuk stupa yang mengelilingi struktur utama. Pada setiap sudut dan sisi kolam, terdapat pancuran air yang menunjukkan teknik pengairan canggih di masa itu.

Baca Juga :  Penyebaran PMK Sapi di Kabupaten Mojokerto Meluas, 241 Positif Terinfeksi

Candi ini juga dibangun dari bata merah, material khas yang sering digunakan pada bangunan di era Majapahit. Detail ornamen pada beberapa bagian candi memperlihatkan keterampilan dan teknik tinggi para pembuatnya, menandakan tingginya peradaban arsitektur Majapahit.

Saat ini, Candi Tikus menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya yang dikelola oleh pemerintah Kabupaten Mojokerto. Situs ini juga menjadi bagian dari Taman Arkeologi Trowulan, kawasan yang diusulkan menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO.

Upaya pelestarian terus dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, termasuk pemugaran dan perawatan rutin untuk menjaga keaslian struktur candi. Pengunjung yang datang tidak hanya disuguhkan keindahan arsitektur, tetapi juga mendapatkan informasi sejarah yang disampaikan oleh pemandu wisata atau papan informasi di lokasi.

Baca Juga :  Resepsi Pernikahan Ning Ria Putri KH. Asep Saifuddin Chalim Dihadiri Tokoh Nasional dan Ulama Al-Azhar Mesir

Candi Tikus adalah bukti nyata kejayaan Kerajaan Majapahit yang tidak hanya mencerminkan kemajuan arsitektur dan teknologi, tetapi juga kepercayaan dan nilai spiritual masyarakat pada masa itu. Sebagai salah satu warisan budaya yang harus dijaga, Candi Tikus menawarkan pelajaran sejarah yang berharga bagi generasi saat ini dan mendatang.

Dengan keberadaan situs ini, Trowulan semakin mempertegas posisinya sebagai pusat peradaban Majapahit yang penuh dengan jejak sejarah, mitos, dan keindahan arsitektur. Pengunjung tidak hanya datang untuk menikmati keindahan Candi Tikus, tetapi juga untuk menggali warisan budaya yang menjadi bagian penting dari sejarah bangsa Indonesia.

  • Author: Redaksi Moralita

Komentar (0)

At the moment there is no comment

Please write your comment

Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) are required

expand_less