Nilai Tukar Rupiah Melemah Akibat Konflik Iran–Israel, Tembus Rp16.482 per Dolar AS
Oleh Tim Redaksi Moralita — Senin, 23 Juni 2025 13:42 WIB; ?>

Gambar uang kertas Rupaih (IDR) dan uang kertas Dolar Amerika Serikat (USD).
Jakarta, Moralita,com – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) kembali mengalami tekanan signifikan pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin pagi, 23 Juni 2025, Rupiah dibuka melemah di level Rp16.465 per Dolar AS, turun 68 poin atau setara 0,42 persen dibandingkan posisi penutupan akhir pekan sebelumnya.
Pelemahan ini diperparah oleh meningkatnya eskalasi konflik di kawasan Timur Tengah, khususnya antara Iran dan Israel. Ketegangan memuncak setelah Amerika Serikat dikabarkan melancarkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir utama milik Iran, yang memicu kekhawatiran pasar global.
Pengamat pasar uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai bahwa konflik bersenjata yang melibatkan kekuatan besar seperti AS dan Iran dapat menciptakan tekanan berlapis terhadap mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.
“Sejak akhir pekan lalu saya sudah mengingatkan bahwa apabila Amerika Serikat benar-benar menyerang Iran, maka potensi kenaikan harga emas akan signifikan—bisa mencapai kisaran US$3.400 hingga US$3.500 per troy ounce. Sementara Rupiah kemungkinan besar akan mengalami depresiasi tajam, bahkan bisa melemah hingga 100 poin,” ujar Ibrahim dalam laporan riset hariannya, Senin (23/6).
Peringatan tersebut terbukti relevan. Berdasarkan data Bloomberg hingga pukul 10.20 WIB, nilai tukar Rupiah tercatat menyentuh level Rp16.482 per Dolar AS, atau melemah 86 poin (minus 0,52 persen) dalam sesi perdagangan pagi.
Ibrahim menambahkan bahwa ketidakpastian geopolitik global, khususnya di kawasan Timur Tengah, akan terus membayangi dinamika pasar keuangan dunia. Terlebih, keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam konflik ini berpotensi memperluas skala peperangan dan meningkatkan risiko sistemik terhadap pasar komoditas dan valuta asing.
“Kita belum tahu sampai kapan perang ini akan berlangsung. Namun dengan keterlibatan militer AS, kemungkinan besar eskalasi konflik akan semakin dalam dan berdampak luas terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia,” tegasnya.
Pelemahan nilai tukar Rupiah berisiko mendorong kenaikan biaya impor, inflasi, serta tekanan terhadap cadangan devisa nasional. Di sisi lain, lonjakan harga emas dunia yang menjadi instrumen safe haven juga dapat mencerminkan meningkatnya aversi risiko investor terhadap aset berisiko di negara berkembang.
Pelaku pasar kini menanti langkah Bank Indonesia (BI) dalam menjaga stabilitas nilai tukar melalui intervensi ganda dan pengelolaan suku bunga, sembari terus mencermati perkembangan konflik geopolitik dan arah kebijakan moneter global, termasuk dari The Fed.
- Penulis: Tim Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar