Kata BPS: Ekonomi RI Tumbuh 5,12 Persen, Kata CELIOS: PBB Harus Audit
Oleh Redaksi Moralita — Senin, 18 Agustus 2025 11:15 WIB; ?>

Badan Pusat Statistik
Jakarta, Moralita.com – Data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 bikin alis banyak orang naik ke langit. Badan Pusat Statistik (BPS) dengan wajah serius merilis angka pertumbuhan 5,12% year-on-year. Kedengarannya keren banget, kayak timnas juara Piala Dunia. Tapi ternyata, angka ini bikin banyak pihak garuk-garuk kepala.
CELIOS (Center of Economic and Law Studies), lembaga riset independen, malah langsung kirim surat ke United Nations Statistics Division dan UN Statistical Commission PBB. Bukan untuk ngegosip, tapi untuk minta investigasi.
“Mas, tolong dicek. Angka ini beneran hasil hitungan, apa sekadar hasil ‘optimisme nasionalisme’?,” ungkapnya pada Jumat (8/8).
Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, terang-terangan bilang ada yang nggak nyambung. BPS mencatat industri manufaktur tumbuh 5,68%, padahal di periode yang sama PMI Manufaktur justru kontraksi.
Lebih aneh lagi, porsi manufaktur terhadap PDB malah nyusut jadi 18,67% dari sebelumnya 19,25%. Di luar sana, PHK massal makin nambah, industri padat karya megap-megap kena beban biaya. Eh, kok bisa tumbuh subur?
“Jadi, apa dasarnya manufaktur bisa tumbuh segede itu? Data nggak sinkron gini ya harusnya dijawab dengan transparansi, bukan retorika,” kata Bhima dengan nada setengah ngegas.
Direktur Kebijakan Fiskal CELIOS, Media Wahyudi Askar, lebih blak-blakan. Menurutnya, kalau ada intervensi politik dalam angka BPS, itu melanggar Fundamental Principles of Official Statistics dari PBB.
Dan jangan salah, ini bukan sekadar urusan tabel Excel. Data ngawur bisa bikin kebijakan salah arah. Subsidi bisa ditunda, stimulus bisa dikira nggak perlu, padahal rakyatnya sudah megap-megap setengah engap.
“Bayangkan pemerintah mikir, ‘wah ekonomi aman, aman,’ padahal di lapangan rakyat sudah makan mie instan tanpa bumbunya,” sindir Media.
Nggak cukup sampai situ, Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda, juga ikut nimbrung. Katanya, lebih janggal lagi kalau pertumbuhan triwulan II (yang nggak ada momen Lebaran) bisa lebih tinggi dari triwulan I (yang ada Ramadhan dan Idul Fitri).
Triwulan I tumbuh 4,87%, konsumsi rumah tangga cuma 4,95%, padahal momen Lebaran biasanya jadi booster. Sementara triwulan II, tanpa momen konsumsi besar, malah bisa lompat ke 5,12%. Ditambah, indeks keyakinan konsumen malah turun dari 121,1 (Maret) ke 117,8 (Juni).
“Lha ini gimana ceritanya? Konsumen lagi nggak yakin, tapi ekonomi tumbuh kayak dikasih doping,” celetuk Huda.
CELIOS berharap PBB turun tangan, bukan buat ngegas, tapi buat ngecek apakah metode BPS udah sesuai standar SDDS Plus biar datanya bisa dipertanggungjawabkan. Intinya, mereka minta biar pertumbuhan ekonomi dihitung pakai kalkulator, bukan pakai doa-doa optimisme politik.
Catatan Redaksi
Kalau beneran angka BPS ini bisa bikin ekonomi kelihatan sehat meski di lapangan orang lagi ngos-ngosan, mungkin ke depan kita nggak perlu obat kuat lagi. Cukup pakai data statistik aja, semua langsung berasa perkasa.
- Penulis: Redaksi Moralita
Your blog is a constant source of inspiration for me. Your passion for your subject matter shines through in every post, and it’s clear that you genuinely care about making a positive impact on your readers.
19 Agustus 2025 09:01I’ve been following your blog for quite some time now, and I’m continually impressed by the quality of your content. Your ability to blend information with entertainment is truly commendable.
18 Agustus 2025 21:47Your blog is a treasure trove of valuable insights and thought-provoking commentary. Your dedication to your craft is evident in every word you write. Keep up the fantastic work!
18 Agustus 2025 13:20