SBY Ingatkan Ancaman Arus Besar Peradaban Global bagi Masa Depan Indonesia
Oleh Tim Redaksi Moralita — Kamis, 31 Juli 2025 10:36 WIB; ?>

Pidato Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yang bertajuk "World Disorder and the Future of Our Civilization" yang berlangsung di Ballroom Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, pada Rabu, (30/7).
Jakarta, Moralita.com – Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), menyampaikan peringatan penting mengenai dinamika peradaban global yang dinilainya dapat membawa dampak besar terhadap masa depan Indonesia. Hal itu disampaikan dalam pidato bertajuk “World Disorder and the Future of Our Civilization” yang berlangsung di Ballroom Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, pada Rabu, 30 Juli 2025.
Dalam orasinya, SBY menekankan bahwa terdapat empat arus besar global yang secara langsung maupun tidak langsung memengaruhi arah peradaban Indonesia. Keempat arus tersebut adalah globalisasi ekonomi, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, perubahan iklim, serta pergeseran nilai dan budaya.
1. Globalisasi Ekonomi: Peluang dan Kerentanan
SBY mengawali pidatonya dengan menyoroti globalisasi ekonomi sebagai kekuatan besar yang tidak dapat dihindari. Ia menyatakan bahwa Indonesia telah menjadi bagian integral dari sistem perdagangan dan ekonomi global. Namun, keterlibatan itu juga membawa konsekuensi berupa kerentanan terhadap krisis global.
“Kita telah mengalami sendiri dampak dari krisis finansial Asia pada 1997 dan krisis ekonomi global tahun 2008. Krisis-krisis tersebut membuktikan bahwa ketergantungan pada sistem global menuntut ketahanan nasional yang kuat,” ujar SBY.
2. Revolusi Digital dan Polarisasi Sosial
Selanjutnya, SBY menyoroti perkembangan pesat teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet dan media sosial, yang telah merevolusi cara manusia berpikir, berinteraksi, bahkan berpolitik.
SBY mengenang pengalaman pribadinya saat bertemu Perdana Menteri Malaysia saat itu, Abdullah Ahmad Badawi, pada tahun 2009. “Pak Abdullah dengan jujur mengatakan kepada saya bahwa kekalahan politiknya sebagian besar disebabkan oleh kelengahan dalam memahami kekuatan internet dan media sosial,” kata SBY.
Ia menambahkan bahwa di era digital saat ini, informasi menyebar dalam hitungan detik dan dapat membentuk opini publik secara instan. Namun, jika tidak dikelola secara bijak, kemajuan ini juga dapat memicu polarisasi sosial dan perpecahan di tengah masyarakat.
3. Perubahan Iklim dan Ancaman terhadap Keberlanjutan
SBY juga menggarisbawahi isu perubahan iklim sebagai tantangan serius yang harus dihadapi bangsa. Sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, Indonesia justru berada dalam posisi yang sangat rentan terhadap bencana iklim.
“Naiknya permukaan air laut, kekeringan ekstrem, banjir bandang, dan kebakaran hutan adalah sebagian dampak nyata dari krisis iklim yang semakin mengancam. Kita harus mengambil langkah konkret dan sistematis untuk mitigasi dan adaptasi,” tegasnya.
4. Pergeseran Nilai dan Tantangan Generasi Muda
Terakhir, SBY mengangkat isu transformasi nilai dan budaya yang kini melanda generasi muda Indonesia. Ia menyebutkan bahwa generasi saat ini tumbuh dalam dunia yang lebih terbuka namun juga penuh ketidakpastian.
“Generasi muda kita menghadapi banjir informasi, krisis identitas, serta kebingungan akan makna hidup. Oleh karena itu, pendidikan karakter, penanaman nilai-nilai spiritual dan kebangsaan menjadi sangat penting dalam membentuk peradaban masa depan yang kokoh dan berjati diri,” pungkas SBY.
- Penulis: Tim Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar