7 Korban Masih Terperangkap Reruntuhan Bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, 6 Diantaranya Cuma Minum
Oleh Tim Redaksi Moralita — Selasa, 30 September 2025 22:31 WIB; ?>

Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit saat jelaskan proses evakuasi korban reruntuhan Al Khoziny.
Sidoarjo, Moralita.com – Proses pencarian korban tertimpa reruntuhan bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, hingga Selasa (30/9) malam terus berpacu dengan waktu.
Tim SAR gabungan masih memfokuskan operasi penyelamatan pada tujuh korban yang dipastikan masih menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Tragedi ambruknya bangunan tiga lantai yang masih dalam tahap pembangunan ini telah menyita perhatian publik sekaligus menjadi ujian serius bagi kesiapan penanggulangan bencana konstruksi di Indonesia.
Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit, dalam keterangannya menegaskan bahwa hingga Selasa malam belum ada tambahan korban yang berhasil dievakuasi, selain sebelas korban yang sebelumnya sudah berhasil diselamatkan.
“Saat ini prioritas kami adalah memastikan tujuh korban yang masih terdeteksi hidup dapat bertahan dalam kondisi selamat hingga proses evakuasi penuh bisa dilakukan,” ungkap Nanang.
Menurut Nanang, strategi utama tim penyelamat adalah memperpanjang fase lifetime atau daya tahan hidup korban di bawah reruntuhan. Caranya, dengan mengirimkan suplai makanan dan minuman melalui celah sempit bangunan yang runtuh.
Dari tujuh korban, enam di antaranya hanya bisa diberikan air minum karena kondisi tubuh mereka terjepit beton, sehingga tidak memungkinkan untuk diberi makanan padat. Sementara satu korban beruntung masih dapat disuplai baik makanan maupun minuman.
“Dengan kita bisa memasok minuman dan makanan, tentunya akan memperpanjang lifetime mereka untuk tetap survive. Setiap menit yang bisa kita perpanjang akan menjadi peluang besar bagi keberhasilan evakuasi,” jelas Nanang.
Proses identifikasi dan pemantauan korban yang masih hidup dilakukan dengan memanfaatkan teknologi search camera. Alat ini mampu menembus celah reruntuhan dan mendeteksi tanda-tanda kehidupan melalui visual maupun suara.
Dari hasil pemantauan search cam, dipastikan enam korban masih menunjukkan tanda vital yang konsisten.
“Tadi kami menggunakan search cam untuk mengakses titik-titik rawan dan berhasil mendeteksi enam korban lain yang kondisinya masih ada tanda-tanda kehidupan,” terang Nanang.
Penggunaan teknologi semacam ini menjadi krusial dalam operasi penyelamatan, terutama untuk menentukan titik fokus evakuasi tanpa menimbulkan risiko tambahan yang bisa memperparah kondisi korban maupun menimbulkan reruntuhan lanjutan.
Nanang menegaskan bahwa operasi penyelamatan ini berpacu dengan waktu yang dikenal sebagai golden time. Fase kritis ini diperkirakan berlangsung selama tiga hari sejak bangunan roboh pada Senin sore.
Selama rentang waktu itu, peluang menyelamatkan korban hidup-hidup masih relatif besar karena faktor fisiologis tubuh manusia yang mampu bertahan dengan suplai oksigen terbatas.
“Kami memprioritaskan korban yang masih hidup. Golden time kita hitung tiga hari. Itu periode emas untuk memastikan korban benar-benar bisa diselamatkan,” ujarnya.
Namun, apabila fase golden time terlewati, operasi evakuasi akan masuk ke tahap lanjutan dengan strategi berbeda. Pada fase ini, tim SAR akan melakukan asesmen ulang, termasuk kemungkinan penggunaan alat berat seperti crane untuk mengangkat reruntuhan secara masif.
“Jadi nanti kita lihat. Kalau korban yang hidup sudah bisa dievakuasi, kita akan lakukan asesmen lanjutan. Jika tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan, maka opsi penggunaan crane dari atas menjadi pilihan utama,” imbuh Nanang.
Kendati pencarian berlangsung intensif, tantangan di lapangan tidak bisa dianggap sepele. Reruntuhan beton bertulang dengan bobot puluhan ton menimbulkan risiko tambahan jika penanganannya tidak hati-hati. Tim penyelamat harus bekerja ekstra hati-hati agar upaya pengangkatan material tidak menimbulkan korban tambahan atau memperburuk kondisi korban yang masih hidup.
Selain faktor teknis, kondisi cuaca dan keterbatasan akses menuju titik korban juga menjadi penghambat signifikan. Hal ini membuat tim gabungan dari BPBD Jatim, BPBD Sidoarjo, TNI, Polri, serta relawan harus bekerja hampir tanpa jeda dengan sistem shift untuk menjaga stamina personel.
Hingga Selasa malam, operasi pencarian sudah memasuki hari kedua dengan harapan tujuh korban bisa segera diselamatkan. Namun, fakta bahwa mereka masih terjebak di bawah reruntuhan menimbulkan kekhawatiran mendalam.
Bagi keluarga korban, setiap detik menunggu kabar dari posko evakuasi adalah ujian kesabaran yang nyaris tak tertanggungkan.
Meski begitu, di balik reruntuhan beton dan debu yang masih menyelimuti lokasi kejadian, semangat tim SAR untuk mengevakuasi korban masih menyala.
Mereka berpacu melawan waktu, berusaha memastikan tujuh nyawa yang masih bertahan di balik reruntuhan bisa kembali ke pelukan keluarga. Harapan itu masih ada, dan setiap tetes keringat penyelamat adalah taruhan bagi nyawa yang menunggu untuk diselamatkan.
Artikel terkait:
- Wamen Komdigi Kunjungi Sidoarjo Tinjau Transformasi Digital Daerah
- Pengasuh Pesantren Al Khoziny Buduran Sidoarjo Buka Suara Jelaskan Kronologi Ambruk
- DPD Golkar Sidoarjo Serukan Stabilitas di Tengah Isu Ketidakharmonisan Bupati-Wabup
- PGN Siap Dukung Energi Bersih di Desa Tropodo, Sidoarjo Gantikan Bahan Bakar Limbah Plastik
- Penulis: Tim Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar