Beranda Daerah Mengaku Kyai Modus Tanya Alamat Dijalan, Gasak Perhiasan Emak-emak 100juta di Gresik
Daerah

Mengaku Kyai Modus Tanya Alamat Dijalan, Gasak Perhiasan Emak-emak 100juta di Gresik

Ilustrasi oknum mengaku Kyai dengan modus mensucikan perhiasan seorang ibu.

Gresik, Moralita.com – Nahas menimpa seorang Ibu berusia 59 tahun menjadi korban penipuan dengan modus spiritual yang melenyapkan perhiasan hingga sekitar Rp100 juta. Peristiwa ini terjadi di kawasan Pasar Hulaan, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, pada Senin (27/10/2025).

Aksi licik tersebut diduga dilakukan oleh tiga orang pelaku yang mengaku Kyai, mereka menggunakan kendaraan roda empat berwarna putih dan mengaku sebagai rombongan kiai dari Jombang.

Menurut keterangan Ria, anak korban, ibunya tengah berjalan kaki menuju Pasar Hulaan untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga seperti biasa pada pagi hari. Namun, perjalanan itu berujung petaka ketika sebuah mobil berhenti di tepi jalan dan salah satu penumpangnya menegur korban.

“Ibu sedang jalan pagi dari rumah ke pasar. Tiba-tiba ada mobil putih berhenti, terus salah satu penumpangnya memanggil dan ngobrol,” ungkap Ria, Senin (27/10/2025)

Dari keterangan korban, diketahui bahwa di dalam mobil tersebut terdapat tiga orang pria, salah satunya mengenakan surban dan mengaku sebagai kiai dari salah satu pesantren di Jombang.

Baca Juga :  Penemuan Mayat Terbungkus Kardus Gegerkan Gresik, Korban Ternyata Driver Ojek Online Asal Sidoarjo

Awalnya, pelaku berpura-pura menanyakan alamat kawasan Lakarsantri, Surabaya, seolah-olah sedang mencari arah. Namun, percakapan ringan itu berubah menjadi manipulatif ketika pelaku mulai berbicara dengan nada ‘spiritual’.

Pelaku utama mengaku memiliki ‘karomah’ atau kemampuan gaib, kemudian menyebut korban sebagai ‘orang terpilih’ yang sedang mendapat ‘cobaan hidup dan keberkahan tersembunyi’. Dengan alasan akan ‘mendoakan agar rezekinya lancar’, korban diminta naik ke mobil agar bisa didoakan lebih khusyuk.

Di dalam mobil, suasana berubah cepat. Salah satu pelaku mulai berbicara tentang ibadah umrah dan ‘rezeki yang tersumbat karena energi negatif dari emas’. Dengan dalih tersebut, korban diminta menyerahkan perhiasan yang dikenakannya agar didodoakan dan disucikan.

“Pelaku bilang ingin mendoakan perhiasan supaya rezeki ibu lancar. Awalnya ibu nolak, tapi mereka pakai ayat-ayat, doa-doa. Akhirnya ibu nurut,” kata Ria.

Korban akhirnya menyerahkan kalung, anting, gelang, dan cincin emas yang dipakainya. Seluruh perhiasan tersebut diperkirakan bernilai sekitar Rp100 juta.

Baca Juga :  Cerita Pelaku Ungkap Modus Licik Asrul dalam Jual Beli Jabatan di Mojokerto, Kantongi DP 70 Juta untuk Jabatan Camat

Tidak berhenti di situ, pelaku juga meminta uang tunai yang dibawa korban. Korban yang hanya membawa uang belanja sebesar Rp100 ribu menyerahkannya tanpa curiga.

Pelaku kemudian membungkus uang dan perhiasan itu dalam kantong plastik hitam, berpura-pura membacakan doa panjang dan meniup kantong tersebut.

Sebelum korban diturunkan, pelaku berpesan agar kantong tersebut tidak dibuka hingga pukul 12.00 siang, dengan alasan agar ‘doanya tidak batal’.

Setibanya di rumah, korban belum menyadari dirinya telah menjadi korban penipuan. Ia masih percaya bahwa kantong plastik itu berisi perhiasan yang sudah didoakan.

Namun, kecurigaan muncul ketika anaknya, Ria, menanyakan keberadaan perhiasan yang biasa dipakai ibunya.

“Pas saya tanya mana perhiasannya, ibu jawab disimpen di plastik hitam yang udah didoain. Pas dibuka, ternyata kosong. Gak ada apa-apa, cuma plastik aja,” tutur Ria.

Keluarga pun segera melaporkan peristiwa ini ke Polsek Menganti, Gresik. Dalam laporan itu, disebutkan bahwa korban mengalami kerugian materi mencapai Rp100 juta. Polisi kini tengah melakukan penyelidikan intensif untuk mengidentifikasi para pelaku dan menelusuri rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian.

Baca Juga :  Fasilitas Umum Rusak, Timpa Balita 2 Tahun di Gresik Sampai Tewas Gegar Otak

Kapolsek Menganti membenarkan laporan tersebut dan memastikan bahwa kasus ini telah ditangani oleh tim penyidik Reskrim. Polisi menduga modus ini bukan kasus tunggal, melainkan bagian dari sindikat penipuan berkedok agama yang telah beroperasi di beberapa wilayah Jawa Timur.

Modus serupa pelaku berpura-pura sebagai kiai atau ustaz yang menawarkan doa keberkahan dengan meminta perhiasan korban pernah dilaporkan terjadi di beberapa daerah pada bulan sebelumnya.

Penipuan dengan modus spiritual seperti ini sering kali memanfaatkan kelemahan psikologis korban, terutama kalangan lansia yang memiliki kecenderungan religius tinggi.

Pelaku menggunakan teknik sugesti dan otoritas palsu, memadukan simbol-simbol keagamaan (seperti surban dan doa) untuk menciptakan ilusi kepercayaan dan rasa aman.

Pelaku tahu persis cara memainkan emosi korban. Mereka membangun kredibilitas dengan simbol agama, lalu menurunkan pertahanan rasional korban dengan narasi keberkahan dan rezeki.

 

Sebelumnya

Kopdes Merah Putih Pulogedang Jombang Tak Bersaing dengan Bisnis Warga, Justru Jadi Supplier Dapur MBG

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Moralita.com
Bagikan Halaman