Bahlil: Proyek Ekosistem Baterai EV Hemat Impor BBM 300 Ribu KL per Tahun
Oleh Redaksi Moralita — Senin, 30 Juni 2025 10:14 WIB; ?>

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dalam sambutannya saat menghadiri acara peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek industri baterai EV nasional, Minggu (29/6).
Jakarta, Moralita.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa megaproyek pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang terintegrasi di Maluku Utara dan Jawa Barat berpotensi menghemat impor bahan bakar minyak (BBM) nasional hingga 300 ribu kiloliter (KL) per tahun.
Pernyataan tersebut disampaikan Bahlil dalam sambutannya saat menghadiri acara peletakan batu pertama (groundbreaking) proyek industri baterai EV nasional, Minggu (29/6).
“Ini mendukung arahan Bapak Presiden terkait dengan target swasembada energi. Dengan beroperasinya proyek ini, kita berpotensi mengurangi impor BBM sekitar 300 ribu KL per tahun,” ujarnya.
Bahlil menjelaskan bahwa penghematan tersebut dihitung berdasarkan estimasi operasi penuh dari megaproyek baterai EV yang memiliki kapasitas produksi total sebesar 15 Giga Watt hour (GWh). Pada tahap awal, proyek akan memproduksi sebesar 6,9 GWh, yang selanjutnya akan ditingkatkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan pasar.
Menurut perhitungan teknis, kapasitas 15 GWh tersebut setara dengan baterai untuk 250 ribu hingga 300 ribu unit kendaraan listrik.
“Ke depan, kita targetkan kapasitas produksinya bisa mencapai 40 GWh, seiring dengan meningkatnya permintaan baterai EV maupun baterai untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS),” jelas Bahlil.
Dalam pengembangannya, megaproyek ini tidak hanya akan fokus pada produksi baterai untuk kendaraan listrik, tetapi juga akan diarahkan untuk memproduksi baterai penyimpanan energi dari panel surya (solar energy storage). Proyeksi ini merupakan bagian dari strategi transisi energi bersih yang juga menjadi prioritas nasional.
“Atas arahan Bapak Presiden, kita tidak hanya bangun baterai untuk mobil listrik, tapi juga baterai penyimpan energi dari solar panel. Ini sudah kami bicarakan dengan konsorsium, dan mereka menyatakan siap,” ujar Bahlil.
Langkah ini sejalan dengan rencana jangka panjang pemerintah untuk mendorong dekarbonisasi sektor energi dan memperluas bauran energi baru terbarukan (EBT).
Proyek industri baterai ini merupakan bagian dari kerja sama strategis antara beberapa BUMN dan mitra global, yaitu:
- PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM)
- Indonesia Battery Corporation (IBC)
- Konsorsium CBL yang terdiri dari perusahaan CATL, Brunp, dan Lygend
Proyek ini dikembangkan secara terintegrasi dari hulu ke hilir, meliputi enam sub-proyek yang tersebar di dua provinsi: lima sub-proyek berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, dan satu proyek di Karawang, Jawa Barat.
Proyek ini tidak hanya berkontribusi terhadap transisi energi nasional, tetapi juga diproyeksikan sebagai penggerak utama pertumbuhan industri hilirisasi nikel dan penguatan posisi Indonesia dalam rantai pasok global kendaraan listrik.
Megaproyek ini menjadi bagian integral dari visi besar Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada energi dalam lima tahun ke depan, melalui pemanfaatan sumber daya alam nasional dan teknologi rendah emisi.
Dengan proyeksi penghematan BBM, peningkatan kapasitas produksi baterai nasional, dan dukungan terhadap energi terbarukan, proyek ini dipandang sebagai tonggak penting dalam mewujudkan ketahanan energi nasional dan daya saing industri hijau Indonesia di kancah global.
- Penulis: Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar