Bertambah jadi 3 Santri Korban Meninggal, Tragedi Reruntuhan Musala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
Oleh Tim Redaksi Moralita — Selasa, 30 September 2025 10:22 WIB; ?>

Proses evakuasi korban di Ponpes Alkhoziny.
Sidoarjo, Moralita.com – Peristiwa ambruknya musala pesantren Al Khoziny Buduran-Sidoarjo menorehkan duka mendalam. Puluhan santri luka-luka, sebagian harus menjalani perawatan intensif, dan 3 di antaranya dinyatakan meninggal dunia hingga Selasa pagi (30/9).
Hingga pukul 08.00 WIB, Selasa (30/9), tercatat ada 98 santri menjadi korban. Mereka tersebar di tiga rumah sakit utama: RSUD Sidoarjo, RSI Siti Hajar, dan RS Delta Surya.
Dua nama tambahan korban meninggal dunia masuk daftar duka pada Selasa pagi. Mereka adalah Mochammad Mashudulhaq (14), asal Dukuh Pakis, Surabaya, serta Muhammad Soleh (22), asal Tanjung Pandan, Bangka Belitung.
M. Mashudulhaq sempat menjalani perawatan di RSUD Sidoarjo, namun tak mampu bertahan. Sedangkan Soleh, yang masuk ‘zona merah’ dengan luka parah di bagian bawah tubuh akibat terjepit, akhirnya meninggal dunia meski sudah dirawat intensif.
Sementara itu, santri lain yang meninggal dunia pada hari pertama insiden adalah Maulana Alfan Abrahimafic (15), warga Surabaya. Ia tak tertolong setelah menjalani perawatan di RSI Siti Hajar.
Kondisi darurat memaksa tenaga medis melakukan tindakan ekstrem di lokasi. dr Atok Irawan, Direktur RSUD Sidoarjo, menjelaskan bahwa salah satu korban harus menjalani amputasi lengan kiri di lokasi kejadian.
“Evakuasi dilakukan cepat di TKP. Tim ortopedi dan anestesi kami lakukan amputasi lengan kiri karena korban terjepit reruntuhan bangunan. Kalau menunggu lebih lama, nyawanya bisa melayang,” terang dr Atok.
Ia menambahkan, tindakan itu dilakukan malam hari, dalam kondisi serba terbatas, karena tidak mungkin menunggu rujukan ataupun izin keluarga. Situasi darurat memaksa keputusan cepat—sebuah gambaran betapa gentingnya tragedi ini.
RSUD Sidoarjo menangani 40 santri dengan rincian:
Luka berat: 7 orang
Luka sedang: 4 orang
Luka ringan: 28 orang
Status: 29 pasien sudah pulang, 9 masih dirawat, 1 observasi, 1 pulang atas permintaan sendiri (APS), dan 1 meninggal dunia (Mashudulhaq).
Di sisi lain, RSI Siti Hajar menangani 52 pasien. Dari jumlah itu, 1 santri meninggal dunia (Maulana), 10 masih dirawat inap, 1 dirujuk ke RS Al-Shakinah Mojokerto, dan 40 sudah dipulangkan. Menurut Humas RSI Siti Hajar, dr Erli Mawar Nuraini, mayoritas korban mengalami luka ringan disertai trauma psikis.
“Sebagian besar luka ringan, namun trauma jelas ada. Bayangkan, mereka sedang salat lalu bangunan tiba-tiba runtuh,” ungkap Erli.
RS Delta Surya juga menampung sebagian korban, meski datanya belum sedetail dua rumah sakit lainnya.
Di balik angka-angka korban, ada pertanyaan mendasar yang membebani publik: mengapa bangunan bisa ambruk padahal baru dibangun?
Informasi awal menyebutkan bahwa musala tersebut sebenarnya masih dalam tahap pembangunan, khususnya pengecoran lantai atas yang dilakukan sejak Senin pagi. Artinya, para santri sebenarnya beribadah di bangunan yang belum benar-benar layak digunakan.
Apalagi, ada dugaan bangunan tersebut belum mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan kualitas konstruksinya tidak memenuhi standar. Jika dugaan ini benar, maka tragedi ini bukan sekadar musibah, melainkan hasil kelalaian manusia sebuah ‘kecelakaan yang bisa dicegah’ andai regulasi ditaati.
KH Abdul Salam Mujib, pengasuh Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, dalam pernyataannya menegaskan bahwa pihak pesantren berduka mendalam atas insiden ini. Ia menyebut musibah ini sebagai takdir Allah, namun juga menekankan pentingnya kesabaran bagi keluarga santri.
“Semoga yang wafat mendapat pahala syahid, dan yang luka diberi kesembuhan. Kami mohon maaf sebesar-besarnya kepada wali santri,” ucapnya.
Namun, di luar pernyataan religius itu, masyarakat wajar mulai bertanya akuntabilitas teknis siapa yang membangun, siapa yang mengawasi, siapa yang memberi izin. Karena musibah ini bukan sekadar soal ‘takdir’, tapi juga soal tanggung jawab manusia dalam menjamin keselamatan anak-anak muda yang menaruh masa depan mereka di pesantren.
Artikel terkait:
- OTT di Sidoarjo: Dua Kepala Desa Aktif Diciduk Terkait Dugaan Suap Seleksi Perangkat Desa
- Emak-Emak Meninggal Usai Saksikan Karnaval Sound Horeg di Lumajang, Suami: Istri Saya Sehat dan Memang Hobi
- Pria di Sidoarjo Ditemukan Tewas Tersangkut di Pagar Rumah, Penyebab Kematian Masih Diselidiki
- 3 Korban Dalam Mobil Pikap Putih Longsor Cangar-Pacet Mojokerto Berhasil Dievakuasi, Tim Gabungan Kerahkan Drone dan Anjing Pelacak
- Penulis: Tim Redaksi Moralita
Saat ini belum ada komentar