Beranda Government Mic Belum Dimatikan Admin, Live Medsos Walikota Surabaya Eri Cahyadi Bocor, Antara Human Error dan Citra Digital Pemerintah
Government

Mic Belum Dimatikan Admin, Live Medsos Walikota Surabaya Eri Cahyadi Bocor, Antara Human Error dan Citra Digital Pemerintah

Admin medsos Instagram Walikota Surabaya, Eri Cahyadi saat klarifikasi permintaan maaf, akun @heningdzikrillah.

Surabaya, Moralita.com – Live Instagram Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mendadak menjadi bahan perbincangan publik. Bukan karena isi pidato atau aksi turun lapangan sang Walikota, melainkan karena sebuah insiden sederhana namun fatal, mikrofon lupa dimatikan saat live dijeda.

Dalam potongan video yang kini viral di media sosial, terdengar jelas percakapan di balik layar antara tim admin media sosial yang tanpa sadar masih tersambung ke siaran langsung.

“Lek kayak gitu, Mat. Ini kan videone bagus, simpen dulu ae. Nek besok-besok hujan bisa dipakai, epok-epok keliling,” ujar suara perempuan dalam rekaman itu.

Kalimat santai itu, yang mungkin bagi pelakunya hanya sekadar obrolan teknis tentang pengelolaan konten, langsung ditangkap warganet sebagai hal yang lebih serius. Nada ‘epok-epok keliling’ yang bisa diartikan seolah kegiatan lapangan hanya untuk konten membuat publik berpikir, apakah kegiatan turun lapangan wali kota sekadar bahan konten di Instagram?

Baca Juga :  Program Makan Bergizi Gratis Resmi Dimulai Pemkot Surabaya Hari ini, 5 Sekolah Jadi Percontohan

Tak berhenti di situ, masih terdengar lanjutan percakapan admin yang tampaknya baru sadar akan potensi ‘kealpaan digitalnya’.

“Eh iki lek wis ngene, lak gak metu suarane yo?” katanya lagi, memastikan apakah audio masih tersambung.

Sayangnya, publik sudah mendengarnya semua. Dan seperti biasa, internet tidak pernah lupa sekaligus tidak pernah memaafkan dengan cepat.

Potongan siaran tersebut pun menyebar luas dan menuai beragam reaksi. Ada yang menganggapnya sebagai bukti ketidakprofesionalan tim media wali kota, ada pula yang menilainya sekadar kelalaian manusiawi.

Tapi di tengah atmosfer politik yang serba digital, bahkan kelalaian sekecil “tidak mematikan mikrofon” bisa menjadi bom kecil dalam ruang publik yang bising.

Menariknya, Wali Kota Eri Cahyadi sendiri diketahui sama sekali tidak menyadari percakapan tersebut. Saat kejadian, ia masih berada di lapangan meninjau kegiatan warga. Artinya, semua percakapan di balik layar itu murni terjadi di ruang kendali tim media sosial tanpa keterlibatan dirinya.

Baca Juga :  Dr. H. M. Afif Zamroni, Lc., M.E.I berikan Kuliah Umum Pascasarjana Unair, Paparkan Astacita Presiden Pembangunan Desa sebagai Kunci Kemajuan Bangsa

Tak lama setelah video viral, sang admin media sosial yang bertugas langsung mengambil langkah berani dan elegan langsung meminta maaf secara terbuka sekaligus menyatakan mundur dari posisinya.

Melalui akun Instagram pribadinya @heningdzikrillah, ia menulis pernyataan panjang dengan nada penyesalan mendalam.

“Dengan penuh penyesalan, saya ingin menyampaikan permohonan maaf yang sedalam-dalamnya kepada seluruh masyarakat, kepada semua pihak yang merasa terganggu, dan terutama kepada Bapak Wali Kota yang selama ini telah memberikan kepercayaan kepada saya,” tulisnya.

Dalam unggahan tersebut, ia juga menegaskan bahwa kejadian itu murni kelalaian pribadi dan sama sekali tidak mewakili sikap maupun kebijakan Wali Kota Surabaya.

Baca Juga :  Wali Kota Surabaya Belum Tetapkan Sekda, Masih Tunggu Hasil Panitia Seleksi

“Saya menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya dan sebagai bentuk tanggung jawab moral, saya menyampaikan pengunduran diri saya dengan penuh kesadaran dan penyesalan,” ujarnya.

Langkah itu menuai apresiasi dari sebagian publik yang menilai keputusan mundur sebagai bentuk tanggung jawab profesional yang layak dihormati.

Namun bagi sebagian lain, peristiwa ini menjadi cermin getir tentang budaya digital di birokrasi, di mana transparansi bisa berbalik menjadi bumerang bila tidak diiringi etika komunikasi yang matang.

Di era di mana politik, kinerja, dan pencitraan berjalan di frekuensi yang sama, insiden ‘mic lupa dimute’ oleh admin medsos ini bukan sekadar kelalaian teknis. Ia adalah pengingat keras bahwa di ruang digital, setiap jeda tetap berbicara, dan setiap bisik bisa jadi headline berita.

Sebelumnya

Tercium Modus Afiliator SMPN di Kabupaten Mojokerto Suruh Siswa Beli LKS di Toko Tunjukan

Selanjutnya

Manuver Sekdakab Mojokerto Dinilai Hambat Program Presiden Prabowo, Intruksikan Lahan TKD untuk Kopdes Dipaksa Masuk Skema BGS/BSG seperti Swasta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Moralita
Bagikan Halaman